Rabu, 15 Februari 2012

Wirausaha Pesantren (bag. I)

Sebetulnya dana operasional pesantren cukup besar, logikanya di sekolah saja yang waktu belajarnya rata-rata hanya 8 sampai dengan 10 jam membutuhkan biaya operasional yang cukup besar. Bisa dibayangkan betapa besar biaya operasional pendidikan pondok pesantren yang diselenggarakan selama 24 jam. Ironisnya masih sedikit "pihak" yang peduli terhadap masalah tersebut, padahal justru pesantrenlah yang masih bisa diharapkan untuk mendidik moral bangsa.
Kesulitan biaya operasional pesantren tersebut masih sangat  terasa oleh banyak pengelola pesantren termasuk pengelola Pengelola Pesantren Al-Muawanah Parakansalak.
Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan operasional pesantren, pihak pengasuh pesantren telah mulai menggeliat dengan membangun home industri cemilan pedas dosis tinggi. "Pa Icih", itulah nama cemilan pedas yang diusung pesantren.
Ada empat jenis cemilan pedas yang telah dikeluarkan pesantren;
1. keripik singkong
2. keripik baso goreng (basreng)
3. mplod (makan khas daerah setempat)
4. keripik tahu bulat;
dan masih ada beberapa produk yang belum dikeluarkan, karena masih agak kewalahan dengan pesananan konsumen yang cukup membanjir, sementara modal usaha sangat terbatas.
Al-hamdu lillah dalam kurun waktu kurang dari empat bulan "Pa Icih" sudah dapat dipasarkan di seluruh Indonesia. Pihak pesantren berharap, agar home industri yang dikelola oleh pesantren ini dapat dipasarkan ke mancanegara, agar pesantren lebih mandiri karena didukung oleh dana yang disupport oleh "Pa Icih".